Laman

Selasa, 26 Mei 2015

PERANAN MARKETING POLITIK DALAM MEMENANGKAN KEKUASAAN POLITIK



PERANAN MARKETING POLITIK DALAM MEMENANGKAN KEKUASAAN POLITIK
Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Marketing Politik


 







Disusun Oleh:
Muh Rifqi Iqsobayadinur
NIM.12370053
Dosen Pengampu:
Dr. Subaidi, S.Ag. , M.Si

JURUSAN SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Marketing politik merupakan salah satu cara dalam mempromosikan kontestan baik itu individu maupun partai politik untuk memenangkan pertarungan politik yakni melalui inisiatif politik, ideologi politik, isu politik maupun karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat melalui strategi yang dibangun untuk mencapai kemenangan dalam percaturan politik. Konsep marketing politik yang dirancang akan mempengaruhi hasil yang didapat, oleh karena itu konsep marketing politik merupakan hal yang perlu dirancang dengan baik dan teliti agar konsep tersebut berjalan dengan apa yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai kemenangan.
Contoh penerapan marketing politik di Indonesia adalah actor – segmentation – position dan political comunication. Penerapan tersebut sering kali belum bisa dipahami dengan baik oleh individu maupun partai politik yang akan bertarung di ajang percaturan politik. Oleh sebab itu penerapan marketing politik melalui kampanye perlu dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda. Perlu adanya pemahaman profil pemilih atau calon pemilih disuatu wilayah menjadi sebuah keharusan bagi strategi yang akan dibangun untuk bisa sukses. Melalui pesan-pesan politik yang di angkat melalui wilayah yang berbeda sesuai karakter masyarakat pemilih harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
Semakin banyaknya pilihan media komunikasi juga mendorong kebutuhan aplikasi konsep marketing dalam berpolitik di Indonesia karena aplikasinya di lapangan memerlukan metodologi yang kuat untuk dapat memberikan hasil yang efektif. Upaya dalam mencapai kemenangan merupakan bentuk strategi pemasaran yang baik sehingga menjadi titik acuan strategi pemasaran politik bagi kandidat lain yang akan bertarung dalam dunia politik. Dalam makalah ini, penulis akan membahas peranan marketing politik dalam memenangkan kekuasaan politik dengan menggunakan Teori Discource Foucoultian.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana aktor politik bertarung untuk memperebutkan kekuasaan?
2.      Jika aktor tersebut mengalami kekalahan lantas apa yang akan dilakukan?


C.    Landasan Teori
Teori Discourse Foucoultian (Kekuatan wacana) bahwa kekuasaan yang dipahami oleh Foucoult merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut situasi strategis kompleks dalam masyarakat. Kekuasaan dipahami sebagai pengetahuan yang terorganisir dan tersistematis secara tematis sehingga ia menjadi otoritatif dan legitimate dalam menerangkan segala sesuatu. Struktur pengetahuan yang otoritatif dan legitimate ini mempengaruhi praktik-praktik sosial individu, baik cara berpikir, berbicara, maupun bertindak sebagai sebuah rezim pengetahuan.
Pemantapan pengetahuan sehingga ia menjadi khas, melibatkan berlangsungnya operasi kekuasaan yang tidak lepas dari bagaimana pengetahuan yang ilmiah berelasi dengan pengetahuan awam. Pemantapan itu berlangsung pada level wacana (discourse). Sebagai sebuah episteme, dalam hubungannya dengan pengetahuan ilmiah ia tidak lagi berdiri sebagai suatu cara pandang dalam melihat pembedaan dan pemisahan antara yang benar dari yang salah, melainkan pemisahan dalam ranah praktis antara yang mungkin dari yang tidak mungkin dilakukan atau dipikirkan dengan pendasaran pengetahuan yang ilmiah. Secara implisit, Foucault sebenarnya ingin mengatakan bahwa, rezim wacana itu merupakan bentuk dari kekuasaan. Wacana dapat berwujud sebagai praktik-praktik yang mengorganisasikan dan terorganisasikan, yang mengubah konstelasi sosial dan yang menghasilkan, dan wacana sebagai yang memiliki otonomi dan klaim atas kebenaran dan kontekstualisasi sebuah pengetahuan.
Berikut adalah skema dari Teori Discource Foucoultian yang didapat dari materi perkuliahan Marketing Politik :



Skema Teori Discource Foucoultian
-          Kontroversial
-          Propaganda
Actor                            Action Discourcive                    -     Sinism


                                            Opini (media)
                                            Position (posisi kuat)
                                            Movement (gerakan yang mengatasnamakan kepentingan)

D.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui peranan marketing politik dalam memenangkan kekuasaan politik dan menjelaskan bagaimana cara meraih kekuasaan politik dengan menggunakan Teori Discource Foucoultian.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bagaimana Aktor Untuk Memenangkan Dalam Memperebutkan Kekuasaan Politik
Dalam berpolitik tentu banyak cara untuk meraih kekuasaan. Sebagai contoh dengan melalui opini (media) seperti iklan yang merupakan salah satu bentuk pemasaran yang dirasa cukup efektif untuk penjualan produk. Sama artinya dengan iklan politik. iklan komersil lebih bertujuan menjual produk, sedangkan dalam iklan politik menjual partai atau kandidat kepada pemilih. Untuk itu, sangat penting untuk membedakan antara propaganda dan pemasaran politik yang membangun karakter iklan politik. Mulai pada tahun 2004, ketika Indonesia telah menjalani reformasi bidang pemerintahan, terbukalah akses beriklan politik di televisi. Gejala ini pun merambat dalam tingkat lokal, yaitu munculnya iklan-iklan politik yang dilakukan calon-calon kepala daerah yang akan maju dalam ajang pemilihan kepala daerah.
Selain dengan cara diatas juga perlu diketahui bahwa bagaimanakah posisi seorang politisi dalam melihat lawannya, apakah dalam posisi kuat-sedang-maupun lemah. Posisi disini diartikan sebagai tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas, dan meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan sebuah kontestan dibandingkan dengan kontestan pesaing. Positioning secara tidak langsung juga mendefenisikan pesaing: bahwa pesaing tidak dapat mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mencanangkan positioning tersebut.
Posisi yang khas, jelas, dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingkan dengan kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh sebuah kontestan itu akan menghasilkan positioning yang efektif. Positioning juga harus memiliki peran sentral dalam political marketing. Produk-produk politik seperti partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah sebangun dengan positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui strategi branding bahwa kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan nuansa yang diluncurkan merupakan hal otentik yang berkarakteristik tanpa dimiliki oleh lawan.
Kemudian hal yang perlu diperhitungkan yakni segmentasi yang pada dasarnya bertujuan untuk mengenal lebih jauh kelompok-kelompok pasar. Hal ini berguna untuk mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih baik, menganalisis perilaku konsumen, mendesain produk, dan lain sebagainya. Untuk mempengaruhi semua itu perlu dilakukan komunikasi politik melalui perencanaan manajemen pesan untuk menciptakan makna tertentu, pesan yang dimaksud mengandung unsur-unsur wacana politik baik bersifat persuasif, propaganda maupun konflik.
Wacana yang dinilai paling ampuh yakni wacana yang mengandung pesan kontoversial sehingga memudahkan meraih popularitas terhadap masyarakat bahkan dengan pesan secara kontroversial sangat ampuh untuk melawan kekuatan politik yang sangat kuat sehingga mampu melahirkan/memunculkan konflik dalam perubahan sosial. Selain itu, untuk menghindari kekalahan dalam memperebutkan kekuasaan politik perlu dibangun trik dan intrik politik sedemikian rupa sebelum pertarungan politik dimulai. Trik politik bisa melalui lobby politik, diplomasi, pendekatan secara agama, sosial, budaya, ekonomi maupun individu, bahkan dengan cara mengalah atau tidak ada kata untuk mengalah. Jika tidak ada kata untuk mengalah perlu dilakukan dengan cara pelemparan wacana/pewacanaan yang disengaja dalam menjatuhkan lawan/rival politiknya. Hal ini disebut dengan intrik politik. Intrik politik dapat melalui intrik positive yakni suatu pewacanaan positiv atau manuver politik terhadap lawan dalam pertarungan politik. Sedangkan intrik negative merupakan suatu pewacanaan dusta atau manuver licik terhadap lawan dalam pertarungan politik.

B.     Analisis Pertarungan Politik Perspektif Teori Discource Foucoultian
Kasus yang diangkat dalam makalah ini untuk menganalisis pertarungan politik menggunakan Teori Discource Foucoultian adalah iklan kampanye Pilkada pasangan terpilih Mardjoko-Husein yang berhasil mengangkat isu krisis yang melanda masyarakat Banyumas mengenai lapangan pekerjaan dengan investasi. Kemudian mengkoalisikan pendukung PKB (partai yang secara resmi mengusung mereka) dengan simpatisan PDIP yang notabene terbesar di Banyumas melalui pencitraan Achmad Husein sebagai anak tokoh PDIP. Lalu iklan tersebut berhasil mencitrakan Mardjoko sebagai orang yang baik dan bersih. Pada level kognisi sosial diketahui latar belakang pembuat iklan secara implisit mempengaruhi wacana yang berkembang dalam setiap ide pembuatan iklannya. Konteks sosial yang berada dalam masyarakat Indonesia menganggap bahwa iklan kampanye politik menjadi sebuah paradigma budaya populer.
Iklan politik dapat diibaratkan sebagai penjualan produk. Yang dijual adalah figur sang kandidat dalam menarik perhatian pemilih (voters). Berbagai trik dan intrik ikut pula mewarnai ajang berkampanye lewat media televisi tersebut. Wacana yang dikemukakan dalam iklan tersebut memperlihatkan pencitraan dalam media dengan dikemas menjadi sosok pemimpin yang dekat dengan masyarakat hal tersebut tercermin dalam gaya bahasa dan tingkah laku sebagai orang Banyumas asli. Selain itu dengan pengangkatan tema isu yang sedang dibicarakan Mardjoko berhasil menarik perhatian masyarakat. Segala permasalahan dapat teratasi melalui satu jalan yaitu kebijakan pemerintah akan investasi.
C.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk meraih kekuasaan politik dengan melihat teori discource foucoultian yang telah dijelaskan diatas merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk memenangkan kekuasaan politik, tak lain dengan masa sekarang yang sedang banyak menggunakan cara tersebut untuk melakukan strategi politik dengan pertarungan wacana yang dirancang sedemikian rupa mampu mempengaruhi kepercayaan masyarakat melalui pemanfaatan media baik itu iklan televisi, media cetak, bahkan yang sedang marak iklan maupun kampanye melalui media sosial seperti internet.
Perkembangan zaman semakin canggih dengan kemajuan tekhnologi di iringi juga dengan perkembangan dan pemanfaatan cara orang untuk memasarkan dirinya kepada khalayak umum melalui media yang semakin berkembang pesat pada saat ini. Hal ini merupakan suatu yang tidak bisa ditolak. Karena kemajuan zaman selalu berkembang, hanya metode yang dilakukan juga harus sesuai dengan konteks yang terjadi. Sebagai contoh seperti diatas cara Mardjoko selaku calon walikota Banyumas melakukan kampanye melalui pemanfaatan media televisi dengan mengemas iklan tersebut sedemikian rupa sehingga mampu mengangkat isu populer di tengah-tengah masyarakat Banyumas dan pada akhirnya Mardjoko terpilih sebagai walikota Banyumas.
Iklan politik televisi bukan hanya wacana pencitraan namun harus dimaknai sebagai bentuk dari komunikasi politik yang ditunjukkan dari pesan-pesan pada iklan tersebut. Demokrasi di Indonesia harus berkembang lebih baik lagi bukan menjadi ajang unjuk gigi. Mau tidak mau yang memiliki finansial tinggi tetap memegang peranan penting. Bukan hanya faktor finansial yang menjadi faktor penting dalam kampanye melainkan suatu visi, misi dan program kerja yang digagas. Banyak cara untuk menarik perhatian rakyat, salah satunya menjadi pribadi yang baik, jujur, amanah dan mengabdi benar-benar untuk rakyat bukan hanya untuk memperkaya diri. Iklan politik juga seharusnya bisa dipahami oleh masyarakat agar tidak tertipu oleh konstruksi media. Karena apa yang diperlihatkan media belum tentu mencitrakan realitas sebenarnya. Lebih memahami arti politik demi menuju Indonesia yang baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku        :
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Bambang Purwoko, Isu-Isu Strategis Pilkada Langsung: Ekspresi Kedaulatan Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Jurnal Suara Politik, Lab. Ilmu Politik FISIP, Universitas jenderal Soedirman. 2005
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis. 2001
Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi
Critical Discourse Analysis terhadap berita-berita politik).Granit: Jakarta,
2004
John Fiske, Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling
Komperehensif . Yogyakarta: Jalasutra, 2004

Jurnal      :
Jurnal Sosiologi MASYARAKAT Vol. 18, No. 1, Januari 2013: 75-100


Website    :
Rini, J,F. 2002. problem kelekatan. http://www.e-psikologi.com. Di akses pada hari Sabtu, 23 Mei 2015

http://www.kompas.com  Di akses pada hari Minggu, 24 Mei 2015

ww.wartamadani.com/2013/09/ Di akses pada hari Minggu, 24 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar