PERANAN MARKETING POLITIK DALAM MEMENANGKAN KEKUASAAN
POLITIK
Tugas
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Marketing Politik
![]() |
Disusun Oleh:
Muh
Rifqi Iqsobayadinur
NIM.12370053
Dosen Pengampu:
Dr. Subaidi, S.Ag. , M.Si
JURUSAN SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Marketing politik merupakan
salah satu cara dalam mempromosikan kontestan baik itu individu maupun partai
politik untuk memenangkan pertarungan politik yakni melalui inisiatif politik,
ideologi politik, isu politik maupun karakteristik pemimpin partai dan program
kerja partai kepada masyarakat melalui strategi yang dibangun untuk mencapai
kemenangan dalam percaturan politik. Konsep marketing politik yang dirancang
akan mempengaruhi hasil yang didapat, oleh karena itu konsep marketing politik
merupakan hal yang perlu dirancang dengan baik dan teliti agar konsep tersebut berjalan
dengan apa yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai kemenangan.
Contoh penerapan marketing
politik di Indonesia adalah actor –
segmentation – position dan political comunication. Penerapan tersebut
sering kali belum bisa dipahami dengan baik oleh individu maupun partai politik
yang akan bertarung di ajang percaturan politik. Oleh sebab itu penerapan
marketing politik melalui kampanye perlu dilakukan secara berbeda untuk setiap
segmen masyarakat yang berbeda. Perlu adanya pemahaman profil pemilih atau
calon pemilih disuatu wilayah menjadi sebuah keharusan bagi strategi yang akan dibangun
untuk bisa sukses. Melalui pesan-pesan politik yang di angkat melalui wilayah
yang berbeda sesuai karakter masyarakat pemilih harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat tersebut.
Semakin banyaknya pilihan media
komunikasi juga mendorong kebutuhan aplikasi konsep marketing dalam berpolitik
di Indonesia karena aplikasinya di lapangan
memerlukan metodologi yang kuat untuk dapat memberikan hasil yang efektif.
Upaya dalam mencapai kemenangan merupakan bentuk strategi pemasaran yang baik
sehingga menjadi titik acuan strategi pemasaran politik bagi kandidat lain yang
akan bertarung dalam dunia politik. Dalam makalah ini, penulis akan membahas
peranan marketing politik dalam memenangkan kekuasaan politik dengan
menggunakan Teori Discource Foucoultian.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana aktor politik bertarung untuk memperebutkan
kekuasaan?
2. Jika aktor tersebut mengalami kekalahan lantas apa yang
akan dilakukan?
C. Landasan
Teori
Teori
Discourse Foucoultian (Kekuatan wacana) bahwa kekuasaan yang dipahami oleh
Foucoult merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut situasi strategis
kompleks dalam masyarakat. Kekuasaan dipahami sebagai pengetahuan yang terorganisir dan tersistematis secara
tematis sehingga ia menjadi otoritatif dan legitimate
dalam menerangkan segala sesuatu. Struktur pengetahuan yang otoritatif dan
legitimate ini mempengaruhi praktik-praktik sosial individu, baik cara
berpikir, berbicara, maupun bertindak sebagai sebuah rezim pengetahuan.
Pemantapan
pengetahuan sehingga ia menjadi khas, melibatkan berlangsungnya operasi
kekuasaan yang tidak lepas dari bagaimana pengetahuan yang ilmiah berelasi
dengan pengetahuan awam. Pemantapan itu berlangsung pada level wacana
(discourse). Sebagai sebuah episteme, dalam hubungannya dengan pengetahuan
ilmiah ia tidak lagi berdiri sebagai suatu cara pandang dalam melihat pembedaan
dan pemisahan antara yang benar dari yang salah, melainkan pemisahan dalam
ranah praktis antara yang mungkin dari yang tidak mungkin dilakukan atau
dipikirkan dengan pendasaran pengetahuan yang ilmiah. Secara implisit, Foucault
sebenarnya ingin mengatakan bahwa, rezim wacana itu merupakan bentuk dari
kekuasaan. Wacana dapat berwujud sebagai praktik-praktik yang mengorganisasikan
dan terorganisasikan, yang mengubah konstelasi sosial dan yang menghasilkan,
dan wacana sebagai yang memiliki otonomi dan klaim atas kebenaran dan
kontekstualisasi sebuah pengetahuan.
Berikut
adalah skema dari Teori Discource Foucoultian yang didapat dari materi
perkuliahan Marketing Politik :
Skema Teori Discource Foucoultian
-
Kontroversial
-
Propaganda
Opini
(media)
Position
(posisi kuat)
Movement
(gerakan yang mengatasnamakan kepentingan)
D. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk
mengetahui peranan marketing politik dalam
memenangkan kekuasaan politik dan menjelaskan
bagaimana cara meraih kekuasaan politik dengan
menggunakan Teori Discource Foucoultian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana
Aktor Untuk Memenangkan Dalam Memperebutkan Kekuasaan
Politik
Dalam
berpolitik tentu banyak cara untuk meraih kekuasaan. Sebagai contoh dengan
melalui opini (media) seperti iklan yang merupakan salah satu bentuk pemasaran
yang dirasa cukup efektif untuk penjualan produk. Sama artinya dengan iklan
politik. iklan komersil lebih bertujuan menjual produk, sedangkan dalam iklan
politik menjual partai atau kandidat kepada pemilih. Untuk itu, sangat penting
untuk membedakan antara propaganda dan pemasaran politik yang membangun karakter
iklan politik. Mulai pada tahun 2004, ketika Indonesia telah menjalani
reformasi bidang pemerintahan, terbukalah akses beriklan politik di televisi.
Gejala ini pun merambat dalam tingkat lokal, yaitu munculnya iklan-iklan
politik yang dilakukan calon-calon kepala daerah yang akan maju dalam ajang
pemilihan kepala daerah.
Selain
dengan cara diatas juga perlu diketahui bahwa bagaimanakah posisi seorang
politisi dalam melihat lawannya, apakah dalam posisi kuat-sedang-maupun lemah. Posisi
disini diartikan sebagai tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak
para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi
khas, jelas, dan meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan
perbedaan nyata dan keunggulan sebuah kontestan dibandingkan dengan kontestan
pesaing. Positioning secara tidak langsung juga mendefenisikan pesaing: bahwa
pesaing tidak dapat mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang
mencanangkan positioning tersebut.
Posisi
yang khas, jelas, dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari
faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingkan dengan
kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh sebuah
kontestan itu akan menghasilkan positioning yang efektif. Positioning juga harus
memiliki peran sentral dalam political marketing. Produk-produk politik seperti
partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah sebangun dengan
positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui strategi branding bahwa
kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan nuansa yang diluncurkan merupakan hal
otentik yang berkarakteristik tanpa dimiliki oleh lawan.
Kemudian
hal yang perlu diperhitungkan yakni segmentasi yang pada dasarnya bertujuan
untuk mengenal lebih jauh kelompok-kelompok pasar. Hal ini berguna untuk
mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan
komunikasi, melayani lebih baik, menganalisis perilaku konsumen, mendesain
produk, dan lain sebagainya. Untuk mempengaruhi semua itu perlu dilakukan
komunikasi politik melalui perencanaan manajemen pesan untuk menciptakan makna
tertentu, pesan yang dimaksud mengandung unsur-unsur wacana politik baik
bersifat persuasif, propaganda maupun konflik.
Wacana
yang dinilai paling ampuh yakni wacana yang mengandung pesan kontoversial
sehingga memudahkan meraih popularitas terhadap masyarakat bahkan dengan pesan
secara kontroversial sangat ampuh untuk melawan kekuatan politik yang sangat
kuat sehingga mampu melahirkan/memunculkan konflik dalam perubahan sosial. Selain
itu, untuk menghindari kekalahan dalam memperebutkan kekuasaan politik perlu
dibangun trik dan intrik politik sedemikian rupa sebelum pertarungan politik
dimulai. Trik politik bisa melalui lobby politik, diplomasi, pendekatan secara
agama, sosial, budaya, ekonomi maupun individu, bahkan dengan cara mengalah
atau tidak ada kata untuk mengalah. Jika tidak ada kata untuk mengalah perlu
dilakukan dengan cara pelemparan wacana/pewacanaan yang disengaja dalam
menjatuhkan lawan/rival politiknya. Hal ini disebut dengan intrik politik.
Intrik politik dapat melalui intrik positive yakni suatu pewacanaan positiv
atau manuver politik terhadap lawan dalam pertarungan politik. Sedangkan intrik
negative merupakan suatu pewacanaan dusta atau manuver licik terhadap lawan
dalam pertarungan politik.
B. Analisis Pertarungan Politik Perspektif Teori Discource
Foucoultian
Kasus
yang diangkat dalam makalah ini untuk menganalisis pertarungan politik
menggunakan Teori Discource Foucoultian adalah
iklan kampanye Pilkada pasangan terpilih Mardjoko-Husein yang berhasil
mengangkat isu krisis yang melanda masyarakat Banyumas mengenai lapangan
pekerjaan dengan investasi. Kemudian mengkoalisikan pendukung PKB (partai yang
secara resmi mengusung mereka) dengan simpatisan PDIP yang notabene terbesar di
Banyumas melalui pencitraan Achmad Husein sebagai anak tokoh PDIP. Lalu iklan
tersebut berhasil mencitrakan Mardjoko sebagai orang yang baik dan bersih. Pada
level kognisi sosial diketahui latar belakang pembuat iklan secara implisit
mempengaruhi wacana yang berkembang dalam setiap ide pembuatan iklannya.
Konteks sosial yang berada dalam masyarakat Indonesia menganggap bahwa iklan
kampanye politik menjadi sebuah paradigma budaya populer.
Iklan
politik dapat diibaratkan sebagai penjualan produk. Yang dijual adalah figur
sang kandidat dalam menarik perhatian pemilih (voters). Berbagai trik dan
intrik ikut pula mewarnai ajang berkampanye lewat media televisi tersebut.
Wacana yang dikemukakan dalam iklan tersebut memperlihatkan pencitraan dalam
media dengan dikemas menjadi sosok pemimpin yang dekat dengan masyarakat hal
tersebut tercermin dalam gaya bahasa dan tingkah laku sebagai orang Banyumas
asli. Selain itu dengan pengangkatan tema isu yang sedang dibicarakan Mardjoko
berhasil menarik perhatian masyarakat. Segala permasalahan dapat teratasi
melalui satu jalan yaitu kebijakan pemerintah akan investasi.
C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa untuk meraih
kekuasaan politik dengan melihat teori discource foucoultian yang telah dijelaskan
diatas merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk memenangkan kekuasaan
politik, tak lain dengan masa sekarang yang sedang banyak menggunakan cara
tersebut untuk melakukan strategi politik dengan pertarungan wacana yang
dirancang sedemikian rupa mampu mempengaruhi kepercayaan masyarakat melalui
pemanfaatan media baik itu iklan televisi, media cetak, bahkan yang sedang
marak iklan maupun kampanye melalui media sosial seperti internet.
Perkembangan zaman semakin
canggih dengan kemajuan tekhnologi di iringi juga dengan perkembangan dan pemanfaatan
cara orang untuk memasarkan dirinya kepada khalayak umum melalui media yang
semakin berkembang pesat pada saat ini. Hal ini merupakan suatu yang tidak bisa
ditolak. Karena kemajuan zaman selalu berkembang, hanya metode yang dilakukan
juga harus sesuai dengan konteks yang terjadi. Sebagai contoh seperti diatas cara
Mardjoko selaku calon walikota Banyumas melakukan kampanye melalui pemanfaatan
media televisi dengan mengemas iklan tersebut sedemikian rupa sehingga mampu
mengangkat isu populer di tengah-tengah masyarakat Banyumas dan pada akhirnya
Mardjoko terpilih sebagai walikota Banyumas.
Iklan politik televisi bukan
hanya wacana pencitraan namun harus dimaknai sebagai bentuk dari komunikasi
politik yang ditunjukkan dari pesan-pesan pada iklan tersebut. Demokrasi di
Indonesia harus berkembang lebih baik lagi bukan menjadi ajang unjuk gigi. Mau
tidak mau yang memiliki finansial tinggi tetap memegang peranan penting. Bukan
hanya faktor finansial yang menjadi faktor penting dalam kampanye melainkan suatu
visi, misi dan program kerja yang digagas. Banyak cara untuk menarik perhatian
rakyat, salah satunya menjadi pribadi yang baik, jujur, amanah dan mengabdi
benar-benar untuk rakyat bukan hanya untuk memperkaya diri. Iklan politik juga seharusnya
bisa dipahami oleh masyarakat agar tidak tertipu oleh konstruksi media. Karena
apa yang diperlihatkan media belum tentu mencitrakan realitas sebenarnya. Lebih
memahami arti politik demi menuju Indonesia yang baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001
Bambang Purwoko, Isu-Isu Strategis Pilkada
Langsung: Ekspresi Kedaulatan Untuk
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Jurnal Suara Politik, Lab. Ilmu Politik FISIP, Universitas jenderal Soedirman. 2005
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis. 2001
Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah
Studi
Critical Discourse Analysis
terhadap berita-berita politik).Granit: Jakarta,
2004
John Fiske, Cultural And Communication
Studies, Sebuah Pengantar Paling
Komperehensif . Yogyakarta: Jalasutra, 2004
Jurnal :
Jurnal Sosiologi
MASYARAKAT Vol. 18, No. 1, Januari 2013: 75-100
Website :
Rini, J,F. 2002. problem kelekatan. http://www.e-psikologi.com. Di akses pada
hari Sabtu, 23 Mei 2015
http://www.kompas.com
Di akses pada hari Minggu,
24 Mei 2015
ww.wartamadani.com/2013/09/ Di akses pada hari
Minggu, 24 Mei 2015

Tidak ada komentar:
Posting Komentar